Menjadi Ibu Generasi Ideologis
oleh :
Ermalianti, M.Pd
Dosen Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari

Peran domestik perempuan sangat penting, tidak terlepas dari peran mereka sebagai istri dan
ibu. Perempuan terikat dengan hukum syara mereka menjalankan hak dan kewajiban di rumah
tangga sebagai seorang istri, pendamping dan penguat suami menjalankan amanah kehidupan.
Menjadi seorang ibu pengasuh dan madrasah pertama peletak dasar bangunan kepribadian
anak. Sehingga sudah sewajarnya sebagai seorang perempuan berkewajiban untuk mewujudkan
profil diri.
Profil diri sebagai seorang muslimah dengan senantiasa memperbaiki kualitas pemahaman,
berusaha tunduk dan istiqamah menjadikan syariah sebagai rambu-rambu perjalanan
kehidupan.
Pelajaran penting dari ibunda Hajar sebagai berikut. Pertama, tawakal dan taat kepada Allah.
Kepercayaan penuh kepada Allah akan membentuk ketenangan dan keyakinan dalam
menghadapi segala kesulitan;
Kedua, ikhtiar yang aktif dan tidak menyerah. Saat air habis dan Ismail menangis kehausan,
Hajar tidak hanya pasrah duduk saja. Tapi dia berlari antara Bukit Shafa dan Marwah tujuh kali
mencari air. Hingga akhirnya Allah memancarkan air Zamzam dari dekat kaki Ismail. Hikmahnya
Ibu harus menjadi teladan dalam ikhtiar dan pantang menyerah, bahkan dalam kondisi yang
tampak mustahil. Keyakinan bahwa keajaiban datang setelah usaha maksimal dan doa yang
tulus. Karena janji Allah SWT yang artinya: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6);
Ketiga, peran Ibu dalam membangun peradaban. Air Zamzam menjadi sebab datangnya orang-
orang ke Makkah. Dari pengorbanan Hajar, lahirlah kota suci Makkah, Ka’bah dibangun, dan umat Islam berhaji meneladani perjuangannya dengan sa’i; Keempat, mendidik anak dengan
jiwa mandiri. Hajar tidak memanjakan Ismail meski dalam kondisi sulit. Ismail kecil tumbuh
dalam lingkungan sederhana, belajar tangguh sejak dini. Hajar mendidik dengan keteladanan
dan kekuatan ruhiyah, bukan mengandalkan materi.
Selanjutnya pelajaran penting bisa dilihat juga dari ibunda Sarah sebagai berikut. Pertama,
kesabaran dalam penantian anak. Sarah adalah seorang wanita shalihah yang lama tidak
memiliki anak (mandul) hingga usia sangat tua. Namun Sarah tetap mendampingi Nabi Ibrahim
dalam misi kenabian dengan sabar, tanpa keluh kesah yang ditonjolkan dalam kisahnya. Adapun
bentuk ketundukan kepada kehendak Allah ini menjadi pelajaran penting bagi pasangan yang
sedang diuji dalam urusan keturunan; Kedua, menerima takdir dengan lapang dada. Ketika malaikat memberitakan kehamilan di usia sangat tua, Sarah sempat heran dan tidak percaya, tapi tetap menerima kabar itu dengan rendah hati dan keimanan. Allah telah menunjukkan bahwa keajaiban bisa terjadi dalam rumah tangga yang penuh iman, dan kesiapan mental menjadi orang tua tidak selalu tergantung usia,
tapi kesiapan spiritual/ruhiyah;
Ketiga, peran istri dalam mendukung dakwah suami. Sarah mendampingi Ibrahim dalam
perjalanan dakwah yang panjang dan penuh ujian dari Babilonia ke Syam, hingga ke Mesir. Sarah
tetap setia dan mendukung perjuangan suami sebagai Nabi. Dukungan emosional dan spiritual
istri terhadap suami sangat penting. Keseimbangan antara peran istri, ibu, dan sahabat hidup
terlihat jelas pada Sarah;
Keempat, bersyukur atas amanah anak. Setelah sekian lama tanpa anak, Sarah akhirnya
melahirkan Ishaq, dan dari Ishaq lahir Ya’qub. Sarah menyaksikan bahwa keturunan bisa menjadi
bentuk berkah yang terus mengalir. Anak adalah karunia besar yang harus disyukuri dan dijaga.
Pendidikan anak adalah bagian dari rasa syukur yang diwujudkan dalam peran aktif sebagai ibu
dan pembentuk generasi.
Jadi menjadi ibu generasi ideologis adalah menjadi ibu tangguh sesuai tuntutan Islam. Memiliki
iman dan ketakwaan yang kokoh. Paham bahwa anak adalah amanah dari Allah, memiliki rasa
kasih sayang yang benar, memahami bahwa anak adalah asset perjuangan dan masa depan
umat.
Ibu harus memiliki kesadaran politik Islam, paham dengan benar kaidah kausalitas, dan memiliki
ilmu dan wawasan yang luas tentang konsep pendidikan Islam. Maka jangan berhenti untuk
belajar dan mengajarkan Islam dengan senantiasa meluangkan wantu untuk mengkaji Islam dan
mendakwahkannya.
