Bimbingan Spiritual: Jangan Pernah Berhenti Mendapatkan Rahmat Allah
Oleh : Prof. Dr. Nadzmi Akbar, S.Pd., M.Pd.I
Dosen Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Antasari Banjarmasin

Tidak terasa sudah satu bulan lebih kita meninggalkan bulan suci ramadhan, bulan yang penuh dengan ampunan, dan berkah dari Allah SWT. Makanya banyak yang merasa sedih dengan kepergian bulan ramadhan. Ketika kita menjalankan ibadah puasa selain tidak makan dan minum, kita juga menjaga mata dari pandangan yang menghilangkan pahala puasa, menjaga mulut untuk tidak berbohong dan berkata jelek, menjaga hati agar selalu bersih dari penyakit hati dan pada bulan ramadhan kita selalu beristigfar minta ampunan dari Allah SWT. Jadi setelah menunaikan ibadah puasa dengan sebenarnya maka akan bersih dari dosa-dosa yang pernah melekat pada diri kita.
Az-Zumar 53
۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٥٣
“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
An-Nisa’ · Ayat 48
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا ٤٨
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar.
“Barangsiapa yang menjalankan ibadah malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mencari pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Al-Bukhari).
Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menghadap-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian menemui-Ku, engkau tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku menemuimu dengan ampunan seperti itu.” (Hadits shahih riwayat Tirmidzi, no. 3540).
Ampunan dosa seperti tex amnisti ampunan penggak pajak kendaraan bermotor, sepda motor, mobil dan lain sebagainya. Tunggakan pajak sampai puluhan tahun, puluhan juta menjadi nol rupiah hanya membayar tahun berjalan diumpamakan sebagai manifestasi dari tobat.
Pada ksempatan ini ulun ingin menguatkan kembali terutama pada diri ulun sendiri dan kita semua, jangan sampai terbuai oleh kenikmatan dunia yang sesaat dan meninggalkan kenikmatan yang hakiki yaitu rahmat dan keridhaan Allah. Kenapa kita harus selalu memperingatkan diri kita agar tidak terjerumus kepada perbuatan dosa lagi. Tujuan kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, berdagang untuk ibadah, berumah tangga untuk beribadah, menikah untuk beribadah, menjadi PNS untuk ibadah kepada Allah SWT. Memproduksi barang untuk ibadah, menjadi kontraktur untuk ibadah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah/ mengabdi kepada-Ku.
Kalau segala aktivitas kita di dunia ini dengan landasan ibadah kepada Allah maka yang akan kita dapatkan adalah keberkahan, kebaikan dan keuntungan untuk semua, kebahagiaan dunia dan akhirat.
Segala aktivitas kehidupan di dunia dengan paradigma beribadah kepada Allah SWT., akan melahirkan kejujuran, syukur, sabar, empati, penolong dan selalu ingin memberi manfaat untuk semua. Semua itu membuat seseorang selalu tenang dalam menjalani kehidupannya sehat rohani dan jasmaninya dan masuk surga.
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.S. Al-Fajr [89]: 27-30).
Ketenangan jiwa itu didapat karena segala aktivitas yang diakukan dilandasi oleh pengabdian kepada Allah SWT. Jadi semangat, dorongan nafsu dan motivasi di tujukan untuk beribadah kepada Allah SWT., bukan untuk menjadi orang paling kaya dan berkuasa atau terkenal. Dalam hal ini kejarlah akhirat maka dunia akan mendekatimu.
Akan tetapi muncul pertanyaan kenapa manusia bisa terjerumus kepada perabuatan dosa? Hal itu dikarena dia tidak menyadari tidak mengenal dirinya sendiri untuk apa diciptakan, apa yang ada pada dirinya? Manusia lebih rendah dari binatang jika emnuruti hawa nafsunya, Manusia akan lebih mulia daripada malaikat jika manusia itu mampu mengendalikan hawa nafsunya, pada diri manusia itu ada manifestasi hidup kejiwaan yang berasal dari nafsu amarah, nafs lawamah dan nafs mutma innah.
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا
Artinya: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
surat-asy-syams-ayat-8.
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ ٩
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ ١٠
Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya
Dari firman Allah tersebut, manusia harus berusaha untuk selalu mensucikan dan rugi jika mengotorinya jadi yeng mengotori adalah sebagai ulah dari manusia itu sendiri, bukan karena yang lain. Sebab manusia itu di ilhami oleh kefasikan dan ketakwaan tinggal peran manusia yang menjalankannya.
Selain kesempurnaan fisik manusia memiliki aspek rohani, nafs jiwa yang menurut Imam Gazali nafs itu ada 3 yaitu nafs amarah, nafs lawamah dan nafs mutma’innah, nafs radhiyah, nafs mardhiyah, nafs kamilah. Tetapi ada nafsu yang unik pada manusia yaitu nafsu mulhamahnafsu yang mendorong untuk berbuat baik tetapi berat melakukan kebaikan justru rindu berbuat maksiat.
Bashirah yang membedakan apa yang ada dalam lintasan dalam benak apakah itu kebenaran dan keburukan, setiap mnusia memiliki kebenaran dalam dirinya jika itu yang mampu khawatir rabbanian (kasaf) selalu kebenaran dan kebikan, khawatir malakut ilham ilmu laduni misalnya kemampuan mambaca masa depan, kemampuan alami yang tidak luar biasa, khawatir nafsaniah sahwat, nafsu amarah nafsu manusia itu sendiri. Hawa nafsu itu luar biasa selalu ada setiap saat apakah itu dipasar, di masjid, di kantor tempat kerja mengiringi manusia. Khawatir syaitaniah khawatir waswissufi, kejahatan tidak direncanakan. Syuyufi syayatin.
Menjaga diri agar selalu berada dalam nilai-nilai Islam memerlukan kesadaran, komitmen, dan usaha terus-menerus. Berikut beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan:
- Pelihara, tingkatkan Keimanan
Allahumma as aluka imanan daima, wanasluaka kalban khasah……..
2. Perkuat Hubungan dengan Allah (Taqwa)
Sholat 5 waktu tepat waktu dan dengan khusyuk, menjalankan rukun Islam
Dzikir dan doa secara rutin, terutama setelah sholat dan di waktu-waktu utama.
Puasa sunnah, seperti Senin-Kamis atau puasa Ayyamul Bidh.
3. Tingkatkan Ilmu Agama
Rutin mempelajari Al-Qur’an dan Hadis.
Ikut kajian Islam atau belajar dengan ustaz/ustazah yang terpercaya.
Membaca buku-buku Islam yang berkualitas.
4. Pilih Lingkungan yang Baik
Berteman dengan orang-orang yang mendorong kebaikan dan mengingatkan dalam ketaatan.
Hindari lingkungan yang banyak membawa kepada maksiat atau kelalaian.
5. Latih Diri dengan Amal Shalih
Bersedekah secara rutin.
Aktif dalam kegiatan sosial yang Islami.
Membiasakan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari: jujur, sabar, rendah hati.
6. Jaga Pandangan dan Hati
Hindari konten yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Menjaga hati dari sifat buruk seperti iri, dengki, dan sombong.
7. Buat Target Spiritual
Misalnya: khatam Qur’an setiap bulan, bangun malam seminggu sekali, hafal satu hadis per minggu, dsb.
8. Muhasabah dan Taubat
Lakukan evaluasi diri (muhasabah) setiap hari.
Jangan menunda taubat jika berbuat salah.
Konsistensi (istiqamah) dalam menjalankan hal-hal di atas adalah kunci utama. Mulai dari hal kecil, tapi terus-menerus. Rahmat Allah mencakup segala sesuatu. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf: 156). Ini menunjukkan bahwa rahmat Allah tidak terbatas—ia meliputi yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Namun, ada satu hal penting yang perlu kita pahami: meskipun rahmat Allah luas, kita tidak boleh merasa aman lalu berhenti berusaha mendapatkannya. Rahmat itu harus dicari, dikejar, diraih dengan penuh kesungguhan dan ketundukan. Kita mungkin merasa hina karena dosa yang telah dilakukan. Tapi ketahuilah, ampunan Allah lebih besar dari segala dosa kita. Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Selama kita bertaubat, rahmat-Nya terbuka lebar.
Apabila kita diuji dengan kesulitan, jangan mengeluh. Sebaliknya, jadikan ujian itu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ujian bisa menjadi tanda kasih sayang Allah, agar kita kembali mengingat-Nya.Ingatlah kisah Nabi Yunus ‘alaihissalam. Saat ia dalam kegelapan perut ikan, di dasar lautan, ia tidak menyerah. Ia berdoa dengan penuh keikhlasan, dan Allah menyelamatkannya. Itulah kekuatan rahmat ketika hati tidak berhenti berharap kepada-Nya.
Rahmat Allah tidak hanya untuk akhirat, tapi juga dunia. Ia meliputi kesehatan, rezeki, keluarga yang baik, dan ketenangan jiwa. Semua itu adalah bagian dari kasih sayang-Nya.
Sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, kita memiliki keistimewaan tersendiri. Umat ini adalah umat yang paling banyak diberi rahmat. Maka, jangan sia-siakan kesempatan ini dengan hidup dalam kelalaian dan maksiat.
Jangan pula menilai orang lain seakan mereka tidak berhak mendapat rahmat Allah. Mungkin mereka sedang dalam proses menuju kebaikan. Kita semua adalah pendosa yang sedang berjuang menjadi lebih baik. Kita harus terus mengingat bahwa kehidupan di dunia ini adalah sementara. Yang kekal adalah akhirat. Maka, bekalilah diri kita dengan amal dan doa, agar kita pantas mendapatkan rahmat Allah di dunia dan di akhirat.
Saudaraku, mari perbaharui niat, perkuat tekad, dan jangan berhenti untuk mendekat kepada Allah. Mintalah rahmat-Nya setiap hari, dalam sujud, dalam tangis, dalam dzikir, dan dalam amal saleh.
Semoga kita termasuk hamba-hamba yang tidak pernah berhenti mencari rahmat Allah hingga akhir hayat. Dan semoga kita kelak dikumpulkan dalam surga-Nya yang penuh dengan rahmat dan ridha. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.