Cari Kerja Susah, Cari Jodoh Susah, Studi Lanjut Sebagai Pelarian

Oleh : Oleh: Muhammad Hafidz Ilmi, S.Sos., Cand. M.A. (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Alumni BPI Angkatan 2019 UIN Antasari Banjarmasin

Dahulu, menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) sudah dianggap sebagai
pencapaian besar dan cukup untuk membuka peluang bekerja sebagai dosen di
berbagai perguruan tinggi, seperti sekolah tinggi, institut, dan universitas. Namun,
kondisi ini telah berubah seiring berjalannya waktu. Saat ini, persyaratan untuk
menjadi dosen semakin ketat. Seorang calon dosen minimal harus memiliki g elar
magister (S2). Bahkan, beberapa kampus di Indonesia sekarang hanya menerima
dosen yang telah menyelesaikan studi doktoral (S3).
Perubahan ini menunjukkan adanya peningkatan standar kualifikasi untuk
tenaga pengajar di perguruan tinggi. Disisi lain , hal ini juga menimbulkan
kekhawatiran bagi banyak pihak. Orang tua yang memiliki harapan besar terhadap
anak anak mereka yang baru saja menyelesaikan pendidikan sarjana mungkin merasa
cemas tentang masa depan karier anak anak mereka. Dinamika ini perlu dikaji
bersama sama oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan
masyarakat. Hal ini bertujuan agar perubahan yang te rjadi lebih membawa manfaat
tanpa menyebabkan keputusasaan bagi para lulusan dan keluarganya.
Salah satu langkah yang sedang ramai dilakukan oleh para orang tua untuk
mendukung kesuksesan anak anak mereka yang telah lulus sarjana adalah dengan
mendorong atau bahkan memaksa mereka untuk melanjutkan studi. Hal ini
mengakibatkan perubahan paradigma pe ndidikan dari sarana mencerdaskan menjadi
pelarian dari ketidakpastian karier.
Dukungan yang berlebihan ini sering kali diiringi dengan niat yang keliru,
menyebabkan banyak calon magister mengalami gangguan mental, tidak dapat
menyelesaikan studi, atau bahkan melakukan tindakan yang memprihatinkan. Semua
ini terjadi karena upaya untu k memenuhi harapan orang tua yang memiliki
pandangan sempit tentang arti “kesuksesan”.
Oleh karena itu, penting untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang
pola pendidikan pada studi lanjut. Ini akan membantu para sarjana memahami apa
yang diharapkan dan mempersiapkan diri dengan baik, sehingga mereka tidak
bingung dan lebih siap menghadap i tantangan dalam melanjutkan pendidikan
mereka.
Opini ini mencoba membongkar secara perlahan tentang karakter yang cocok
untuk studi lanjut dan pola yang ada dalam pendidikan tersebut. Pertama , menurut
hemat penulis, karakter sarjana yang sebaiknya melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi adalah mereka yang memiliki jiwa
KEPO ”. KEPO ” adalah singkatan dari knowing every particular object , atau mengetahui setiap objek tertentu ”. Istilah ini
sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang ingin mengetahui detail
informasi tentang orang lain.
Meskipun orang yang KEPO sering kali tidak disukai karena sifatnya yang
selalu ingin tahu tentang segala hal, dalam konteks akademik, karakter ini sangat
diperlukan pada jenjang magister. Pendidikan magister 75 85% berisi penelitian ,
sehingga jiwa KEPO akan sangat membantu seorang sarjana untuk mengembangkan
sifat ingin tahunya menjadi kemampuan untuk mengungkap sesuatu secara
mendalam. Dengan demikian, ia akan lebih mudah menemukan dan menggali topik
yang ingin ditelitinya.
Selain itu, memiliki jiwa KEPO dalam studi lanjut memungkinkan mahasiswa
untuk lebih teliti dan kritis dalam penelitiannya. Mereka akan cenderung mencari
informasi secara mendalam, mengajukan pertanyaan yang relevan, dan tidak mudah
puas dengan jawaban yan g dangkal. Karakter ini akan sangat mendukung kesuksesan
mereka dalam menyelesaikan pendidikan magister dan menghasilkan penelitian yang
berkualitas tinggi.
Kedua
, memiliki jiwa sosial yang tinggi dan kemauan untuk belajar. Orang
dengan jiwa sosial yang tinggi cenderung ingin memberikan manfaat kepada orang
lain. Dalam lingkungan akademik, karakter ini akan mendorong mereka untuk
berkontribusi bagi masyarakat luas melalui tulisan. Mengapa melalui tulisan? Apakah
tidak bisa melalui lisan? Penting untuk diketahui bahwa rata rata mahasiswa magister
sudah memiliki keterampilan berbicara yang baik. Oleh karena itu, sebelum
melanjutkan studi, yang lebih perlu dipersi apkan adalah kemampuan menulis.
Menulis sangat penting dalam pendidikan magister karena hampir seluruh
program ini berfokus pada penelitian dan publikasi . Seorang sarjana dengan jiwa
sosial yang tinggi dan kemauan untuk mempelajari hal hal baru, terutama dalam
bidang penulisan dan publikasi akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan
akademik ini. Karena pada dasarnya pendidikan magister memang menekankan pula
pada publikasi mulai dari awal hingga akhir program, termasuk penulisan esai, karya
tulis ilmiah, hingga tesis.
Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa studi lanjut tidak dijadikan sebagai
pelarian, penting untuk memahami secara mendalam karakter dan isi dari pendidikan
tersebut. Seorang sarjana yang memiliki dua karakter utama jiwa KEPO dan jiwa
sosial yang tinggi serta mau belajar ) dan siap menghadapi pola pendidikan yang telah
dijelaskan, memiliki potensi besar untuk sukses. Dengan karakter ini, studi lanjut
akan melahirkan lulusan yang berkualitas, siap untuk meraih kesuksesan di masa
depan, mendapatkan pekerjaa n yang sesuai, hingga jodoh yang diharapkan (Aamiin).

*Artikel Asli Klik disini